by Windy Kurniawan on Wednesday, March 17, 2010 at 8:44am at Facebook here
sebuah kilas film, by Windy Kurniawan
Kadang seseorang memerlukan sebuah waktu untuk menyendiri. Berpikir, diam dan berada dengan dirinya sendiri. Tanpa perlu diganggu, tanpa perlu diusik.
And so did I. Alone in my room, with some choices of movie to watch.
Dan aku memilih sebuah film baru, yang berjudul “Did You Hear about The Morgans?” untuk menemani kesendirianku kemarin.
Kebetulan sekali, isi filmnya sedikit bersinggungan dengan kesendirian yang sedang kuagung-agungkan. Well, short of story, lets talk about the movie.
Film ini dibintangi oleh Hugh Grant (Nothing Hill, Two Weeks Notice) and Sarah Jessica Parker(Sex in The City, Failure to Launch). Sebuah perpaduanyang kontras between seorang New Yorker dan real British person. But who will doubt about not to attempted? Yes, the name of Hugh Grant and Sarah J. Parker is about to guarantee your movie as a qualified one. Sebuah daya tarik yang terjadi dari perpaduan bakat, nama tenar dan kekuatan akting yang tidak diragukan lagi dari keduanya. So, sepanjang film anda akan dibuai oleh logat British Hugh Grant dan gaya spontan Sarah Jessica Parker.. Start to love it? Hmmm..
Ceritanya, Paul Morgan (Hugh Grant) dan Meryl Morgan (Sarah Jessica Parker), is about to separate. Dalam sebuah perjalanan bisnisnya Paul sempat “accidentally” berselingkuh dengan seseorang, yang membuat Meryl sangat marah, dan memutuskan untuk berpisah sejenak. Paul yang merasa sangat menyesal mencoba membuat janji pertemuan dengan Meryl dan mencoba untuk menjelaskannya. Akhirnya mereka janji bertemu untuk makan malam, dan setelahnya mereka berjalan-jalan sambil berargumentasi. But lately, mereka tiba di sebuah apartemen di mana klien Meryl sudah menunggu. Tapi yang mereka jumpai hanyalah klien yang sudah tidak bernyawa, dan dengan sangat tidak beruntung wajah mereka sempat dilihat oleh pembunuhnya.
Dari sinilah, cerita sebenarnya berawal. Mereka akhirnya harus diasingkan ke sebuah daerah terpencil dalam rangkaian program perlindungan saksi, sampai si pelaku tertangkap. Untuk keamanan, mereka berdua diterbangkan ke sebuah kota kecil bernama Ray di Wyoming. Di sanalah, mereka harus tinggal dalam satu kabin, tanpa koneksi ke dunia luar melalui apapun. No BlackBerry™, no Internet, no dial tone, no cable television, no friend and families. Just them and Ray City..
Sebenarnya, alurnya sudah bisa ditebak. Selama di kota kecil itu, mereka berbaikan dengan berbagai cara, tidak marah-marahan lagi, saling melindungi, dan akhirnya dengan bunga-bunga sedikit tembak-tembakan dengan sang penjahat yang bisa menemukan jejak mereka di sana, semuanya berakhir dengan happy ending. O yes I love you too.
Begitulah, simple movie, but rich in kind. Ditulis dan disutradarai oleh Marc Lawrence (Music and Lyric, Two Weeks Notice, some of Family Ties), film ini menjadi cukup memikat dengan asyiknya nonton akting Hugh Grant dan Sarah Jessica Parker. Bila anda bertanya, apakah ada bedanya dengan film mereka berdua yang lain? Menurut saya, ya begitulah Hugh Grant dan Sarah Jessica Parker berperan. Hugh, yang charming, santai, kadang cuek, dan tentu saja lucu, tapi tetap memikat. Sarah yang spontan, cuek, so stubborn, as you might see at Sex in the City, tetap terlihat di sini dengan menyenangkan. Tetapi yang membuat beda adalah, suasananya…
Bila biasanya settingnya tidak jauh dari Manhattan, New York, dan kota-kota lainnya, di sini kita bisa menyaksikan satu frame Hugh dengan beruang. Satu frame Hugh dan Sarah jogging di padang rumput yang indah. Kabin kayu yang cantik. Suasana rodeo yang asyik. Yes, it is so America. But just if you put your policital side far far away, and try to enjoy the movie and take the bright side, this movie is so enjoyable..
Lalu hal penting apa yang kita bisa dapatkan dari film ini?
Bahwa dalam pernikahan selalu ada masalah. Kadang perlu satu waktu untuk menyendiri untuk memikirkan masalah itu. Tetapi kemudian, satu langkah terpenting adalah untuk mengambil solusi, menyelesaikannya. Face it, move it. Talk and speak about it. Duduk, bicara, berdiskusi. Marahlah, nangislah, tapi satu tujuannya adalah untuk menyelesaikannya bersama, bukan untuk pergi meninggalkannya. Karena memang harus untuk diselesaikan bersama.
Well, love is very complicated. It is all about your self and your own problem. Berdamai dulu dengan dirimu, dan selesaikanlah. Bila belum juga, ambil palu imaginer, getok kepalamu keras-keras, dan tersenyumlah! Today is another bright day, indeed!!
Udah, tonton aja. Lumayan buat seger-segeran…Especially bila anda penggemar Hugh Grant dan Sarah Jessica Parker, jangan lewatkan yang satu ini…
Semarang, March 17th, 2010
wind
Enjoy!!
Kadang seseorang memerlukan sebuah waktu untuk menyendiri. Berpikir, diam dan berada dengan dirinya sendiri. Tanpa perlu diganggu, tanpa perlu diusik.
And so did I. Alone in my room, with some choices of movie to watch.
Dan aku memilih sebuah film baru, yang berjudul “Did You Hear about The Morgans?” untuk menemani kesendirianku kemarin.
Kebetulan sekali, isi filmnya sedikit bersinggungan dengan kesendirian yang sedang kuagung-agungkan. Well, short of story, lets talk about the movie.
Film ini dibintangi oleh Hugh Grant (Nothing Hill, Two Weeks Notice) and Sarah Jessica Parker(Sex in The City, Failure to Launch). Sebuah perpaduanyang kontras between seorang New Yorker dan real British person. But who will doubt about not to attempted? Yes, the name of Hugh Grant and Sarah J. Parker is about to guarantee your movie as a qualified one. Sebuah daya tarik yang terjadi dari perpaduan bakat, nama tenar dan kekuatan akting yang tidak diragukan lagi dari keduanya. So, sepanjang film anda akan dibuai oleh logat British Hugh Grant dan gaya spontan Sarah Jessica Parker.. Start to love it? Hmmm..
Ceritanya, Paul Morgan (Hugh Grant) dan Meryl Morgan (Sarah Jessica Parker), is about to separate. Dalam sebuah perjalanan bisnisnya Paul sempat “accidentally” berselingkuh dengan seseorang, yang membuat Meryl sangat marah, dan memutuskan untuk berpisah sejenak. Paul yang merasa sangat menyesal mencoba membuat janji pertemuan dengan Meryl dan mencoba untuk menjelaskannya. Akhirnya mereka janji bertemu untuk makan malam, dan setelahnya mereka berjalan-jalan sambil berargumentasi. But lately, mereka tiba di sebuah apartemen di mana klien Meryl sudah menunggu. Tapi yang mereka jumpai hanyalah klien yang sudah tidak bernyawa, dan dengan sangat tidak beruntung wajah mereka sempat dilihat oleh pembunuhnya.
Dari sinilah, cerita sebenarnya berawal. Mereka akhirnya harus diasingkan ke sebuah daerah terpencil dalam rangkaian program perlindungan saksi, sampai si pelaku tertangkap. Untuk keamanan, mereka berdua diterbangkan ke sebuah kota kecil bernama Ray di Wyoming. Di sanalah, mereka harus tinggal dalam satu kabin, tanpa koneksi ke dunia luar melalui apapun. No BlackBerry™, no Internet, no dial tone, no cable television, no friend and families. Just them and Ray City..
Sebenarnya, alurnya sudah bisa ditebak. Selama di kota kecil itu, mereka berbaikan dengan berbagai cara, tidak marah-marahan lagi, saling melindungi, dan akhirnya dengan bunga-bunga sedikit tembak-tembakan dengan sang penjahat yang bisa menemukan jejak mereka di sana, semuanya berakhir dengan happy ending. O yes I love you too.
Begitulah, simple movie, but rich in kind. Ditulis dan disutradarai oleh Marc Lawrence (Music and Lyric, Two Weeks Notice, some of Family Ties), film ini menjadi cukup memikat dengan asyiknya nonton akting Hugh Grant dan Sarah Jessica Parker. Bila anda bertanya, apakah ada bedanya dengan film mereka berdua yang lain? Menurut saya, ya begitulah Hugh Grant dan Sarah Jessica Parker berperan. Hugh, yang charming, santai, kadang cuek, dan tentu saja lucu, tapi tetap memikat. Sarah yang spontan, cuek, so stubborn, as you might see at Sex in the City, tetap terlihat di sini dengan menyenangkan. Tetapi yang membuat beda adalah, suasananya…
Bila biasanya settingnya tidak jauh dari Manhattan, New York, dan kota-kota lainnya, di sini kita bisa menyaksikan satu frame Hugh dengan beruang. Satu frame Hugh dan Sarah jogging di padang rumput yang indah. Kabin kayu yang cantik. Suasana rodeo yang asyik. Yes, it is so America. But just if you put your policital side far far away, and try to enjoy the movie and take the bright side, this movie is so enjoyable..
Lalu hal penting apa yang kita bisa dapatkan dari film ini?
Bahwa dalam pernikahan selalu ada masalah. Kadang perlu satu waktu untuk menyendiri untuk memikirkan masalah itu. Tetapi kemudian, satu langkah terpenting adalah untuk mengambil solusi, menyelesaikannya. Face it, move it. Talk and speak about it. Duduk, bicara, berdiskusi. Marahlah, nangislah, tapi satu tujuannya adalah untuk menyelesaikannya bersama, bukan untuk pergi meninggalkannya. Karena memang harus untuk diselesaikan bersama.
Well, love is very complicated. It is all about your self and your own problem. Berdamai dulu dengan dirimu, dan selesaikanlah. Bila belum juga, ambil palu imaginer, getok kepalamu keras-keras, dan tersenyumlah! Today is another bright day, indeed!!
Udah, tonton aja. Lumayan buat seger-segeran…Especially bila anda penggemar Hugh Grant dan Sarah Jessica Parker, jangan lewatkan yang satu ini…
Semarang, March 17th, 2010
wind
Enjoy!!
No comments
Post a Comment