Mamak kalau sudah feeling, jangan dibantah. Sudah terbukti berkali-kali.
Nah, aku pun feeling si Mochi hamil lagi ini. Dia tambah gembul, minta disayang-sayang terus, dan mulai mencari-cari tempat buat melahirkan.
Kemarin, kami memutuskan pulang ke Jombang, tengok Emak-Bapak sebentar. Ketika ditanya kenapa kok enggak nginep, jawabku, Mochi mau melahirkan, Pap, ditinggal sendirian kasihan.
Mungkin beliau ingin mengethak kepalaku, demikian.
Pagi ini, Mochi sudah mulai ribut. Feelingku dia akan melahirkan hari ini. Keranjang buat dia melahirkan juga sudah kami siapkan beberapa hari yang lalu. Tapi bocah ini masih naik turun tangga aja bahkan naek genteng untuk lihat-lihat pemandangan sore. Sempat menghilang dua kali, tapi kutemukan di selokan kering yang sejuk, bawah sosoran atap belakang kamar anak-anak. Setiap kali kupanggil, dia selalu datang.
Menjelang magrib, Mochi mulai ribut. Dia mengikutiku ke sana kemari. Waini, pasti sebentar lagi. Mochi maunya masuk kamar tidurku, dan demi keamanan ranjang, aku masukkan keranjang yang sudah disiapkan untuk Mochi. Berkali-kali Mochi keluar masuk keranjang demi mengikutiku keluar kamar.
Wah, bener-bener tidak bisa ditinggal. Padahal pukul 7 aku harus jadi host kelas Menulis Cerpen batch 5 Padmedia Publisher. Kak Wina Wibowo Bojonegoro sudah bilang akan agak telat, pekerjaannnya belum selesai dan tidak bisa jadi host.
Alamak, mana Mochi tidak bisa ditinggal. Jadilah aku bergantian dengan Ica untuk menunggui Mochi agar tak keluar dari keranjangnya, ketika aku harus mandi dan salat. Semakin mepet ke saat kelas dimulai. Paniklah aku, mochi tidak bisa ditinggal.
Akhirnya akal diaduk. Agar Mochi tidak keluar masuk keranjangnya, aku set meja pendek untuk tempat laptop, kabel-kabel siap nancep di colokan terdekat, ring light juga tetep hadir di depan meja kecil, sementara samping kiri keranjang Mochi yang sudah mulet-mulet tak karuan.
Jadilah sambil mempersiapkan kelas, aku sibuk mengelus Mochi. Waktu sibuk menata lampu, dan noleh ke Mochi, sudah lahir satu! Lalu sepanjang kelas berlangsung, Mochi masih gelisah. Aku yakin, masih ada anak lagi di perutnya. Mamak akhirnya menunaikan tugas sambil menenangkan Mochi.
Selesai kelas, kok ya Mochi paham. Anaknya diangkat dari keranjang dan dipindah ke sudut lemari besar pojok kamar. Koper pun harus mengalah agar Mochi bisa duduk enak.
Note: catatan ini ditulis tadi malam tapi lupa posting buat jurnal Agustus Perempuan Penulis Padma. Update pagi ini: subuh tadi keluar satu lagi anaknya!
#windyeffendy #jurnalagustus #perlima #perlimamenulisday11
Tulisan ini telah tayang di FB:
https://www.facebook.com/windyrachmawati/posts/10222542389520749
No comments
Post a Comment