Oleh: Windy Effendy
Foto by @gia_achakawa (instagram) |
Aku bukan asli Surabaya, tetapi cukup lama tinggal di Surabaya. Aku cukup sering menjelajah pelosok Surabaya di zaman kuliah, apalagi ketika sudah bergabung di Friendship Force Chapter Surabaya dan harus mengantar tamu dari mancanegara untuk menelusuri Surabaya.
Namun, ternyata bekal itu belum cukup untuk bisa mengedit tulisan-tulisan cerita pendek hasil lomba tema Surabaya yang diadakan oleh Padmedia Publisher beberapa saat yang lalu. Aku masih harus berjuang—baca: belajar lagi—untuk mencari detail penting tentang Surabaya.
Antologi Padmedia Publisher yang terbaru ini berjudul Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek. Judul ini dibuat dari dua judul cerpen yang ada di dalam antologi ini: "Yang Tertinggal di Dasar Kopi Aren" karya Solu Erika dan "Mata Sunyi di Benteng Kedung Cowek" karya Achakawa.
Foto oleh Winarti VJ, Penulis "Rumah Mungil Impian Ibu" |
Sebagai editor buku ini, aku menikmati prosesnya. Aku jadi ikut belajar lagi tentang Surabaya. Ikut mencari bagaimana wajah Surabaya di masa lampau. Jadi mencari apa penamaan jalan di masa itu. Bagaimana situasi peperangan saat menjelang 10 November. Diskusi kulakukan dengan penulis yang bersangkutan. Mana-mana yang harus disesuaikan, mana yang harus diubah.
Sebelum sampai ke tanganku, naskah-naskah hasil lomba ini telah dibedah habis-habisan oleh CEO Padmedia Publisher, Kak Wina Bojonegoro. Ia telah mengajak para penulisnya memperbaiki logika, detail-detail kecil, plot dan alur cerita, serta membangun ulang karakter yang ada dalam cerita. Perbaikan tiap-tiap naskah pastinya berbeda-beda.
Setelah penulis setuju dengan perbaikan yang diusulkan Kak Wina, barulah aku mulai memperbaiki bahasa, kalimat, EYD, dan mengecek semua detail yang ada di dalam buku ini.
Banyaknya detail cerita yang harus kuperiksa membuatku serasa kuliah tentang sejarah Surabaya, dan kuliah tentang perkotaan yang membahas Surabaya. Aku sampai melihat melalui Google Maps bagaimana situasi daerah yang diceritakan di masa kini. Lalu ketika ada satu cerita yang membahas rute perjalanan walau hanya dari bandara, aku sempat juga mengecek rute dan memastikan apa saja yang dilihat sepanjang rute itu. Aku juga sempat menghubungi saudara yang ada di Dinas Lingkungan Hidup Surabaya untuk memastikan UPTD yang bernaung di bawahnya, dan memastikan hal-hal kecil yang berkaitan dengan Surabaya.
Secara keseluruhan, semuat tulisan yang ada dalam buku ini sangatlah menarik. Penulis bisa mengangkat berbagai ide yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Sudut pandang yang diambil pun berbeda-beda. Kekuatan buku ini adalah gambaran Surabaya yang bisa dinikmati dari berbagai sisi. Tidak sekadar memaparkan atau menggambarkan setting latar dan waktu Surabaya, cerita-cerita di sini berhasil terpintal dengan sangat menarik. Penulis-penulisnya sendiri telah berhasil menunjukkan Surabaya yang mungkin tak pernah dilihat orang lain.
Aku pun menikmati menjelajah Benteng Kedung Cowek, ikut berpetualang di Rangkah, terhanyut dalam kisah cinta berlatar ludruk—pun yang berlatar taburan tabebuya di sekitar Jalan Tunjungan. Aku pun ikut menelusuri jalanan di kawasan Tambak Gringsing, ikut merasakan suasana Jalan Darmokali di masa lalu. Aku ikut terhanyut dalam romansa berlatar kejadian penutupan Gang Dolly. Tersekat dalam tragedi kerusuhan 1998, aku pun baru menyadari bahwa ada kejadian-kejadian yang tak terungkap. Dan masih banyak lagi.
Perjalanan panjang mengulik buku ini pun terbayar dengan melihat betapa bahagianya para penulis ketika buku ini terbit. Terima kasih kepada Padmedia Publisher yang memberiku kesempatan ini, dan kepada teman-teman penulis yang dengan bahagia mendiskusikan semua perbaikan.
Foto by @gia_achakawa (instagram) |
Proses keseluruhan buku ini memakan waktu yang cukup lama. Dari awal lomba diadakan di Maret 2023, pengumuman pemenang dan naskah terpilih di Mei 2023, hingga proses editing dan terbit di September 2023, akhirnya dilaksanakan peluncuran. Buku ini telah diluncurkan Sabtu, 9 Desember 2023 di Hotel Midtown, Surabaya. Beberapa penulis dapat turut hadir, sehingga aku pun bisa berjumpa dengan teman-teman yang sudah aku ganggu selama proses editing buku ini.
Peluncuran berjalan sangat seru, dimeriahkan oleh penampilan Ludruk Luntas Surabaya, penampilan teatrikal heroik oleh anggota komunitas Roode Brug, serta ada pembacaan nukilan cerpen dan musikalisasi puisi yang menarik.
Dari kiri ke kanan: Umi Hikmawati (penulis), me, Magda Omega (penulis), Achakawa (penulis). Foto dokumentasi penulis. |
Liputan lengkap acara peluncuran buku ini bisa dibaca di sini:
https://jatimkini.com/news-1104-cerita-surabaya-di-mata-para-penulis
Acara peluncuran di Hotel Midtown, Surabaya—Sabtu, 9 Desember 2023 |
Selamat untuk para penulis!
Untuk para pembaca yang budiman, selamat menikmati persembahan kami untuk Surabaya!
With love,
~Wind
Catatan:
Pemesanan buku bisa langsung di Padmedia Publisher:
IG: @padmediapublisher2022
No comments
Post a Comment