Yes, fail to talk. Fail to communicate.
Dicari keberhasilannya, bukan kegagalannya. Gitu kah?
Buat saya, ada sisi kegagalan yang memang harus dilalui.
Ketika sulit untuk memulai suatu percakapan, maka saya harus berpikir keras untuk dapat memulainya.
Lalu, ketika ditanggapi dengan pendek-pendek, apa yang terjadi?
Emosi, lebih menguasai.. Dan merasa tidak dihargai.
Lalu, keputusan selanjutnya adalah untuk tidak melanjutkan percakapakan. Menarik diri lalu menenggelamkan diri dalam pekerjaan yang lain.
Tetapi, bahasa tubuh dan mimik wajah sedikit banyak mengisahkan apa yang sedang dirasa. Lalu terjadilah reaksi.
Yang tadinya mau diajak bicara jadi ikut bereaksi negatif. Ikut berdiam diri, menarik diri, sibuk dengan gadgetnya.
Akhirnya rentang kediaman semakin panjang. Sibuk masing-masing. Bicara seperlunya.
Ketika ini terjadi, lalu tidak diperbaiki, lambat laun, terjadilah jeda yang sangat panjang dan bisa menghancurkan hubungan susah payamh dibina.
Lalu solusinya. Saya sudah mencapai titik kejengkelan tertinggi. Lalu saya ingat, ini tidak baik. Tidak boleh diteruskan
Satu hal yang selalu saya lakukan kemudian, Alhamdulillah masih diberikan rasa untuk ingat.
Sholat, sujud, dan pasrah sepenuhnya kepada Alloh. Memohon kepada Alloh agar dimudahkan. Memohon kepada Alloh agar dilembutkan hatinya.
Memang butuh waktu, tapi setidaknya Alloh, Maha Mendengar...
#hari7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#windyeffendy
#love
#life
#family
@institut.ibu.profesional
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment