Ini dia si kesayangan!
Belinya aja di Tanjung Bira, ujung Sulawesi sana.
Dia ini terbeli karena mau main ke pantai tapi lupa gak bawa. Akhirnya, dia terpilih untuk menemaniku menikmati waktu-waktu terindah bersama tiga kesayanganku.
Belinya aja di Tanjung Bira, ujung Sulawesi sana.
Dia ini terbeli karena mau main ke pantai tapi lupa gak bawa. Akhirnya, dia terpilih untuk menemaniku menikmati waktu-waktu terindah bersama tiga kesayanganku.
Dia dengan gagah berani menemaniku berlari ke sana kemari di pantai berpasir putih itu. Warnanya yang eksotik membuatku mudah menemukannya saat selesai bermain ombak. Karena saat itu kulempar dia entah kemana ketika aku berlari penuh cinta ke laut.
Lalu kubawa dia dalam koper, pulang ke Surabaya. Menemani hari-hariku di rumah. Menjaga kenangan di Tanjung Bira itu setiapku memakainya.
Lalu tiba-tiba suatu pagi.
Tesszt!!
Tesszt!!
Dia putus, saat kupakai.
Langkahku terhenti, aku menatap lara ke si biru cantik ini. Karena baru selesai kumengunci pagar depan, akhirnya kuseret-seret dia sampai masuk ke rumah lagi.
Langkahku terhenti, aku menatap lara ke si biru cantik ini. Karena baru selesai kumengunci pagar depan, akhirnya kuseret-seret dia sampai masuk ke rumah lagi.
Lalu berhari-hari, dia terdiam di teras depan itu dalam putusnya. Setiap kali kumelihatnya, ah, masih bagus. Belum jelek.. Nanti bisa dibenerin. Sayang, kenang-kenangan dari Tanjung Bira.
Lalu dia masih saja ada di sana.
Yang lain pun tak bertanya kenapa dia masih di sana.
Yang lain pun tak bertanya kenapa dia masih di sana.
Hari berlalu.
...
...
Sampai aku berjumpa rasa ini. Tadi malam.
Lalu, pagi ini. Aku ambil dia. Aku ucapkan terima kasih. Berpose sejenak dia. Lalu kuakhiri dalam tempat sampah.
Lalu, pagi ini. Aku ambil dia. Aku ucapkan terima kasih. Berpose sejenak dia. Lalu kuakhiri dalam tempat sampah.
Selesai.
Walau dia belum jelek. Tapi dia sudah tidak bisa difungsikan. Dia belum usang, tapi masa tugasnya sudah berakhir.
Walau dia belum jelek. Tapi dia sudah tidak bisa difungsikan. Dia belum usang, tapi masa tugasnya sudah berakhir.
Karena, kenangan itu adanya di dalam jiwa. Memori dalam aliran darah kita. Dalam setiap sel yang ada di dalam tubuh kita.
Bukan di baju. Bukan di kursi lama. Bukan di rumah lama. Bukan di benda-benda yang tidak bisa berteriak dan dia lelah menanti kita menyelesaikannya.
Terimakasih. Telah habis waktumu.
Terimakasih telah menemaniku.
Maaf aku harus tetap berjalan walau tanpamu.
Kenangan akan selalu ada, selalu hidup.
Karena ketika bersamamu, aku menikmati setiap detiknya dengan bahagia.
Terimakasih telah menemaniku.
Maaf aku harus tetap berjalan walau tanpamu.
Kenangan akan selalu ada, selalu hidup.
Karena ketika bersamamu, aku menikmati setiap detiknya dengan bahagia.
Aku, menerima kekalahanmu.
Thankyou, please forgive me, I love you...
Thankyou, please forgive me, I love you...
^karena ini sudah waktunya
#2019gantiSandalJepit
^Tulisan ini telah di post di FB Windy R Effendy, di sini.
#2019gantiSandalJepit
^Tulisan ini telah di post di FB Windy R Effendy, di sini.
No comments
Post a Comment