Buat saya, gaya belajar Fia dan Ica sudah terbaca sejak 10 tahun yang lalu.
Jadi game kali ini saya akan banyak menuliskan tentang flashback bagaimana pembelajarannya, dan penerapan atau deviasinya di saat ini.
Jadi kenapa dan bagaimana saya bisa menemukan gaya belajar Fia dan Ica, adalah ketika 10 tahun yang lalu, saya dan suami memegang licence konsultan fingerprint untuk Semarang, yang kemudian anak-anak kami tes sekalian. Salah satu hasil dari tes fingerprint kala itu adalah gaya belajar anak.
Waktu itu kami yang belum tahu apa-apa tentang gaya belajar, kemudian mencoba untuk melihat dan mengevaluasi apakah hasil itu benar. Test memang dikatakan 90% akurat, tapi kami tetap berusaha melihat keseharian anak-anak apakah sudah sesuai dengan hasil test tersebut.
Kami menyadari bahwa hasil test ini masih bisa berubah ketika sekian tahun kemudian anak-anak ditest lagi, karena adanya pengaruh dari lingkungan dan pengembangan diri mereka. Tapi kami yakin, berubahnya pun tidak akan jauh, tergantung dari cara pengasuhan kami juga.
Fia, anak sulung kami, diketahui dengan gaya belajar Visual Kinestetik.
Sedangkan Ica si bungsu, hasil testnya adalah Auditory Kinestetik.
Kami berdiskusi apakah memang benar seperti itu.
Sejauh yang kami bisa simpulkan, memang ternyata benar sekali hasilnya untuk kedua anak ini.
Fia lebih bisa mengamati sesuatu dengan dilihat, dan dirasakan. Menirukan, dan dikerjakan. Tanpa perlu banyak bicara, apa yang saya contohkan bisa ditirukan dengan baik oleh Fia.
Sedangkan Ica, memang benar ia harus diterangkan terlebih dahulu, dan diberi contoh. Kemudian dia bisa menirukannya dengan baik. Dan belajar dengan cepat. Ica cenderung bersuara keras, sebagai ciri anak Auditory. Kemudian Ica belajar cepat dengan menirukan kakaknya yang aktif ke sana kemari, tetapi selalu dengan kata-kata dan ucapan yang sangat lucu.
Itu terjadi 10 tahun yang lalu. Apa yang terjadi kini? Mari kita eksplore lebih jauh.
Jadi kenapa dan bagaimana saya bisa menemukan gaya belajar Fia dan Ica, adalah ketika 10 tahun yang lalu, saya dan suami memegang licence konsultan fingerprint untuk Semarang, yang kemudian anak-anak kami tes sekalian. Salah satu hasil dari tes fingerprint kala itu adalah gaya belajar anak.
Waktu itu kami yang belum tahu apa-apa tentang gaya belajar, kemudian mencoba untuk melihat dan mengevaluasi apakah hasil itu benar. Test memang dikatakan 90% akurat, tapi kami tetap berusaha melihat keseharian anak-anak apakah sudah sesuai dengan hasil test tersebut.
Kami menyadari bahwa hasil test ini masih bisa berubah ketika sekian tahun kemudian anak-anak ditest lagi, karena adanya pengaruh dari lingkungan dan pengembangan diri mereka. Tapi kami yakin, berubahnya pun tidak akan jauh, tergantung dari cara pengasuhan kami juga.
Fia, anak sulung kami, diketahui dengan gaya belajar Visual Kinestetik.
Sedangkan Ica si bungsu, hasil testnya adalah Auditory Kinestetik.
Kami berdiskusi apakah memang benar seperti itu.
Sejauh yang kami bisa simpulkan, memang ternyata benar sekali hasilnya untuk kedua anak ini.
Fia lebih bisa mengamati sesuatu dengan dilihat, dan dirasakan. Menirukan, dan dikerjakan. Tanpa perlu banyak bicara, apa yang saya contohkan bisa ditirukan dengan baik oleh Fia.
Sedangkan Ica, memang benar ia harus diterangkan terlebih dahulu, dan diberi contoh. Kemudian dia bisa menirukannya dengan baik. Dan belajar dengan cepat. Ica cenderung bersuara keras, sebagai ciri anak Auditory. Kemudian Ica belajar cepat dengan menirukan kakaknya yang aktif ke sana kemari, tetapi selalu dengan kata-kata dan ucapan yang sangat lucu.
Itu terjadi 10 tahun yang lalu. Apa yang terjadi kini? Mari kita eksplore lebih jauh.
#hari1
#gamelevel4
#gayabelajaranak
#gayabelajaranak
#tantangan10hari
#memahamigayabelajaranak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
#memahamigayabelajaranak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
No comments
Post a Comment