Cerita-Cerita dari Dunia Rio Johan

 Resensi buku Aksara Amananunna karya Rio Johan—oleh Windy Effendy.

Menjelajah dunia yang diciptakan oleh Rio Johan selalu mengasyikkan. Banyak lorong menakjubkan yang menyembunyikan kisah-kisah mereka yang ternyata ada. 



Tadinya aku berniat mencari referensi tentang buku yang mengandung muatan tertentu—untuk keperluan sebuah tugas menulis—di Gramedia Digital. Tentu saja itu setelah tergoda ada promo premium untuk fiksi yang membuatku segera menekan tombol Beli Sekarang tanpa berpikir. (Oh yes, I am an impulsive buyer indeed. But do not provoke me for buying your product or multilevel channel anyway.)

Padahal yang namanya buku belum dibaca itu ada satu deret. I will read them in some delicious perfect time—sebut saya Tsundoku. Namun, kepentingan membaca sebelum menulis adalah penting. Akhirnya aku menemukan buku yang kucari—beserta buku-buku lainnya. Termasuk buku lama Rio Johan yang dicetak ulang kedua kalinya, Aksara Amananunna. 

Setelah membaca Karavansara beberapa waktu lalu, aku pun bertekad untuk mulai berusaha mencari—membaca semua bukunya. Begitu senangnya hatiku berjumpa dengan Aksara Amananunna walau dalam bentuk digital. Apalagi ketika menemukan pembuat sampulnya adalah Wulang Sunu, sama seperti buku Eka Kurniawan yang kubaca terakhir kali.  Uh, sedap!

Kumpulan cerpen ini dibuka dengan cerpen berjudul "Undang-Undang Antibunuhdiri" yang penuh dengan angka-angka di dalamnya. Situasi yang ironi, disajikan Rio Johan di sini. Bundir pun menjadi satu alternatif pemecahan masalah yang luar biasa. Cerpen kedua yang berjudul "Komunitas" menyajikan kisah dalam sebuah komunitas yang kita-tahu-ada-semacam-itu. Membaca cerpen ini akan membuat pikiran berkelana. Rio bercerita tentang kenyataan bahwa saat uang jadi masalah, solusi apa pun akan terasa benar. 

Ketika membaca cerpen "Aksara Amananunna", aku geleng-geleng kepala lagi. Pantas saja buku ini menjadi Buku Prosa Pilihan Majalah Tempo 2014. Cerpen-cerpen selanjutnya juga membuatku tidak bisa lepas dari buku ini. Penyajian Rio yang cukup dalam membuat satu dua kali aku membalik halaman berikutnya untuk berpikir sebelum melanjutkan. Pilihan kata-katanya sangat indah, setting setiap cerpen berbeda-beda.

Rio mengangkat aneka permasalahan sosial dengan indah. Satire sekaligus membuat kita tersenyum sinis, dunia bisa segila itu. Bila ingin dinikmati tanpa perlu bersusah-susah apa pesan yang ada di dalamnya, boleh juga. Kata-kata indah dan lekuk rayu Rio dalam setiap kalimat sudah sangat memanjakan ruang imaji kita—baca, aku. 



Baru tiga cerpen pertama, sudah terasa sangat luar biasa. Cerpen-cerpen berikutnya juga tidak kalah menawan. Rio membuktikan bahwa bacaan akan sangat mempengaruhi tulisan. Urusan keran air ngadat di kontrakan saja bisa diolah menjadi satu cerpen memikat di "Tidak Ada Air untuk Mikhail".

Jujur, aku tidak bisa menuntaskan buku ini dengan cepat. Ada bagian-bagian yang ingin kunikmati dengan lebih dalam dan dekat. Aku ingin menikmati dunia-dunia yang diciptakan Rio Johan ini dengan sedikit lambat. 

Pada akhirnya menuntaskan buku ini membuat aku berhasil mencapai tujuanku dalam mencari referensi untuk satu tugas menulis. Di cerpen terakhir yang berjudul "Susanna, Susanna!", aku merasa bahwa begitulah seharusnya cerita semacam itu ditulis. 

Dalam buku ini, kita diseret ke dunia di masa sangat depan, waktu di tahun sangat lampau, dunia mimpi yang diremas habis dengan dunia nyata, dunia patriarki yang diputar habis, kisah-kisah gelap dalam kota-kota berwarna, dan masih banyak lagi. Aku dibawa mengakui bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam dunia fantasi seorang Rio Johan. 

Sampai di halaman terakhir, aku membatin. Aku harus membacanya lagi, dan lagi, dengan lebih saksama. Mengambil buku catatan, membuat ringkasan, menandai mana yang penting dan bermakna. Biasanya aku melakukan itu langsung dengan mencoret di bukunya. Sayangnya, ini buku digital yang tak bisa kutandai. Namun, aku harus. Terlalu banyak hal-hal menarik yang bisa digali dari buku ini. 

Jadi, bila harus merekomendasi sebuah buku sastra terbaik, buku ini salah satunya. Disclaimer: ingat ini buku sastra, ya. Bukan rumit, tetapi sangat menarik. Jangan mengeluh ini berat. 

Lalu, setelah membaca ulang buku ini, aku akan menuju buku Rio Johan berikutnya!

Judul buku: Aksara Amananunna
Penulis: Rio Johan
Cetakan Kedua, Juli 2024
Editor: Pradikha Bestari, Teguh Afandi
Perancang Sampul: Wulang Sunu
Edisi digital 2024, 247 halaman

#windyeffendy #aksaraamananunna #riojohan #resensibuku

No comments