Penulis dan sebagian peserta diskusi Kopi Tanpa Gula di Teras Opa Gelato Kafe Jombang |
Cerpen tiga paragraf, yang dikenal juga sebagai pentigraf, ternyata menjadi hal baru bagi beberapa anak muda penyuka literasi yang ada di Jombang, Jawa Timur.
Siang itu, diskusi tentang pentigraf berlangsung seru. Acara yang berlangsung selama kurang lebih dua jam pada Minggu, 22 Desember 2024, di Teras Opa Gelato Cafe Jombang tersebut dihadiri oleh beberapa penulis buku kumpulan pentigraf yang berjudul Kopi Tanpa Gula, serta beberapa anak muda pemerhati literasi Jombang seperti dari Book Mates-Jombang, bagian dari Surabaya Book Party.
Suasana lomba mewarnai kategori TK
Diskusi buku Kopi Tanpa Gula adalah bagian dari acara Grand Opening Teras Opa Gelato Café yang berada di Jalan Hayam Wuruk 3 Jombang. Setelah lomba menggambar tingkat SD dan lomba mewarnai tingkat TK di pagi harinya, diskusi buku diadakan sebagai penutup rangkaian acara pembukaan gelato kafe tersebut.
Suasana lomba menggambar kategori SD
Pentigraf sebagai Pilihan Cara Menulis
Beberapa pertanyaan muncul dari peserta diskusi. Salah satunya adalah pertanyaan dari Lukman, salah satu anggota Book Mates Jombang, genre apa yang bisa digunakan dalam pentigraf. Fifin Maidarina, salah satu penulis yang karyanya ada di Kopi Tanpa Gula, menjawab bahwa semua genre bisa masuk. Fifin juga menjelaskan bahwa Dr. Tengsoe Tjahyono, M.Pd., pencipta pentigraf, menekankan beberapa ciri penting pentigraf. Selain hanya boleh terdiri dari tiga paragraf, maksimal 210 kata, memiliki hanya 2 karakter, yang paling penting harus ada plot twist di akhirnya.
Kopi Tanpa Gula ditulis oleh 35 penulis yang telah mengikuti pelatihan menulis Pentigraf dari Dr. Tengsoe Tjahyono, M.Pd. yang diadakan oleh komunitas Perempuan Penulis Padma (Perlima) sebelumnya. Dalam 71 kisah yang ada dalam buku ini, berbagai genre dan sudut pandang yang diambil oleh para penulis membuat pembaca tidak akan merasa bosan membacanya.
Pertanyaan lain adalah perihal pembiasaan menulis, yang ternyata bisa menggunakan pentigraf sebagai bentuk penulisan singkat yang tetap bernas. Pentigraf juga bisa digunakan untuk berlatih menulis setiap hari. Seringnya ada tantangan menulis selama 30 hari akan dengan mudah diselesaikan dengan pentigraf.
Cover buku kumpulan pentigraf: Kopi Tanpa Gula |
Fifin mengatakan setiap orang memiliki selera menulis masing-masing. Pentigraf bisa menjadi solusi untuk penulis yang belum terbiasa menulis dengan “napas panjang”. Ihdina Sabili, yang menulis dua tulisan dalam Kopi Tanpa Gula, menambahkan sebaliknya belum tentu yang terbiasa menulis dengan napas panjang—alias menulis novel atau novela—mampu memampatkan ide yang meledak dalam kepala dalam 210 kata. Menurut Ihdina, masing-masing bentuk tulisan memiliki kelebihan. Menulis pentigraf setiap hari bisa menjadi pembiasaan menulis yang baik.
Menebak Plot Twist pun Menarik
Pertanyaan lain dari Lukman, pentigraf dalam satu buku seperti tulisan yang terpisah-pisah, apakah memiliki kemungkinan untuk ditampilkan dalam satu rangkaian yang berkaitan, dengan tokoh yang sama, dalam episode cerita yang berbeda. Windy Effendy, yang juga menulis di Kopi Tanpa Gula dan sekaligus bertindak menjadi editornya, mengatakan bahwa hal itu sangat mungkin. Bahkan, salah satu pentigrafnya yang berjudul “Memuja Zu”, sudah sempat dikembangkan menjadi draft novel yang setiap babnya berbentuk pentigraf.
Lebih seru lagi ketika para penulis yang hadir menceritakan latar belakang tulisannya yang ada di Kopi Tanpa Gula. Brams Sunarno, yang berdomisili menceritakan bahwa tulisannya bercerita tentang tenggat waktu saat harus mengumpulkan tulisan. Plot twist dalam ceritanya adalah ternyata di menit terakhir listrik padam dan tulisan pun tak sempat tersimpan.
Peserta diskusi pun diberi kesempatan untuk membaca beberapa tulisan dalam Kopi Tanpa Gula. Mereka diajak memahami makna yang ingin disampaikan oleh tulisan yang dibaca, sekaligus menebak plot twist yang ada—yang kadang tidak disampaikan secara tersurat. Ternyata benar, setelah pembacaan, banyak pemahaman yang berbeda dengan maksud tulisan. Diskusi pun menjadi semakin seru ketika mengulik makna tersirat yang ada.
Janji Berjumpa Lagi
Acara pun ditutup dengan foto bersama. Para peserta masih merasa tertarik untuk berdiskusi lebih lanjut dengan penulis yang hadir.
Pemenang Lomba Mewarnai di Teras Opa Gelato Kafe Jombang |
Pemenang Lomba Menggambar di Teras Opa Gelato Kafe Jombang |
Banyak hal tentang kepenulisan—dan tentu saja tentang pentigraf—yang masih ingin dibicarakan dengan lebih mendalam. Windy dan Fifin yang tergabung dalam Papermind Creative Studio pun siap untuk mengadakan acara diskusi lanjutan yang lebih menarik di Teras Opa Gelato Café sambil menikmati gelato, kopi, ataupun herbal drink dari Jamu Iboe yang ada di sana.
Sampai berjumpa di 2025 dengan diskusi seru lainnya.
Teras Opa Gelato Kafe di Jalan Hayam Wuruk Jombang Jawa Timur |
No comments
Post a Comment