Di antara keleluasaan waktu libur awal tahun, memilih film ini sebagai salah satu pengisi waktu ternyata menjadi cukup menarik. Berbagai insight menarik berlompatan dari film ini. Hati-hati, spoiler alert buat Anda yang belum menonton.
Judulnya langsung mengingatkanku pada satu lagu Frank Sinatra yang sangat kusuka, dengan judul yang sama. Sepanjang film, lagu Fly Me to the Moon berlarian di dalam kepala. Ternyata, film yang dikemas cukup menarik ini menawarkan warna baru dalam cerita yang berhubungan dengan angkasa luar.
Ringan di Kelasnya
Film-film serupa yang bicara soal angkasa luar sebenarnya cukup banyak. Sebut saja beberapa yang fenomenal seperti Armageddon (1998), Interstellar (2014), atau Passangers (2016).
Armageddon, yang dibintangi oleh Bruce Willis, bicara tentang hari akhir dunia yang kemudian diselamatkan dengan heroik olehnya. Walau menyisakan pilu di akhir, film ini tetap layak untuk dijadikan film favorit untuk penggemar film fiksi ilmiah. Jangan lupa, film ini meninggalkan soundtrack yang masih sangat disukai generasi penontonnya hingga kini: I don't Want to Miss a Thing dari Aerosmith.
Sementara Interstellar, yang dibintangi Matthew McConaughey dan Anne Hattaway, menjadi film yang paling fenomenal di masanya. Dengan akhir yang ambigu, film ini meninggalkan kenangan yang kuat bagi para penonton. Copper, sang tokoh utama, terjebak dalam dimensi kelima yang memiliki gravitasi, ruang, dan waktu paralel, yang memungkinkan terjadinya multiple timeline. Film yang disutradarai oleh Christoper Nolan ini, sang sutradara trilogi Batman dan film-film keren lainnya, menyuguhkan banyak teori-teori sains yang membuat penonton terperangah sekaligus terjebak dalam pertanyaan tentang kebenarannya.
Passangers hadir dengan lebih romantis, walau tetap saja menyisakan pertanyaan tentang dunia di masa depan. Film yand dibintangi Jennifer Lawrence dan Chris Pratt ini menyuguhkan kisah cinta yang tumbuh antara dua penumpang sebuah kapal luar angkasa bernama Avalon. Mereka terbangun dari hibernasi karena kendala teknis di Avalon saat mengarungi perjalanan panjang menuju planet baru. Film yang juga diwarnai adegan komedi ini mampu menguras emosi penonton dengan kisah survival yang menarik.
Kembali ke Fly Me to The Moon, film ini bicara soal peristiwa fenomenal dunia, saat manusia (baca: Neil Amstrong dan dua rekannya) pertama kali menginjakkan kaki di bulan. Penonton tidak dibawa ke luar angkasa, tetapi hanya berputar-putar di sekitar gedung NASA dan berbagai peristiwa yang menuju ke satu momen: peluncuran Apollo 11 yang menjadi sejarah. Menariknya, film ini tidak berbicara dari sudut pandang para astronot yang biasanya menjadi bintang, melainkan dari sudut pandang seorang humas yang direkrut oleh NASA—bila bisa dikatakan sebagai public relation yang diselipkan ke jajaran tim pengorbitan Apollo 11 oleh pihak yang lebih berkuasa dari NASA. Dibandingkan dengan ketiga film sebelumnya, film ini sangat ringan, santai, bisa dinikmati di waktu luang sambil menikmati kudapan tanpa perlu merasa tegang.
Semua tentang Pemasaran
Ketika menikmati film ini, aku menyadari satu hal. Film ini sebenarnya bercerita tentang pemasaran, atau marketing. Kelly Jones, yang diperankan dengan apik oleh Scarlett Johansson, sangat piawai "menjual" NASA atau lebih tepatnya menjual peristiwa berangkatnya manusia ke bulan. Ia direkrut oleh Moe Berkus (Woddy Harisson), seorang agen pemerintahan, yang meminta Kelly membuat strategi dan melaksanakannya untuk menunjukkan peristiwa itu kepada dunia sekaligus mencari dana tambahan untuk menyokong rencana keberangkatan ke bulan tersebut.
Yang terselubung dari niatan itu adalah perlunya Amerika menyombong pada Rusia yang telah lebih dulu memberangkatkan manusia ke bulan tanpa mendarat. Tujuan utamanya adalah satu, negara superpower si Amerika harus terlihat lebih unggul dari Rusia.
Rencana B pun dibuat bila ternyata peristiwa itu gagal atau tak memenuhi keinginan pemerintah. Posisi Kelly Jones menjadi sangat penting karena ia harus mengatur syuting film untuk membuat tayangan palsu saat Neil Amstrong menginjakkan kaki di bulan, menggunakan pemeran pengganti. Sutradara dan kru didatangkan, set dibuat khusus, dan syuting pun dimulai. Gagal mendarat atau tidak, tetap akan ada tayangan manusia Amerika yang menginjakkan kaki di bulan. Tetap ada pesan bahwa Amerika tak akan terkalahkan.
Tentu saja, rencana itu ditentang oleh Cole Davis (Channing Tatum) yang bertanggung jawab akan Apollo 11. Sebagai pemanis cerita, tentu saja di awal Cole tidak setuju dengan kehadiran Kelly. Namun, pada akhirnya mereka pun saling jatuh cinta. Cole yang diinfokan paling akhir soal adanya rencana pembuatan tayangan pendaratan palsu, marah besar awalnya. Pada akhirnya, Cole berpihak dan membantu Kelly. Justru sebuah rencana yang menarik terjadi setelah hati nurani Kelly tergerak.
Tidak Ada yang Tidak Bisa
Film ini menyisipkan pesan tentang optimisme. Semua tindakan yang diambil oleh Kelly Jones, selalu mengirimkan pesan bahwa tidak ada yang tidak bisa dalam dunia ini. Bagaimana seseorang mendapatkan keinginannya itu adalah tergantung dari kepiawaian mempersuasif orang lain. Bukan menjadi manipulator, tetapi lebih kepada permainan kata-kata yang membuat orang lain terdorong untuk menyetujui.
Sayangnya, pada awalnya Kelly juga siap untuk mengubah dirinya sesuai dengan kondisi orang yang ditemui. Pura-pura berasal dari Selatan, sok akrab ketika bicara dengan Senator yang pernah berpidato di Georgia, mempengaruhi sutradara agar mau bekerja dengannya, semua dilakukan Kelly. Kecerdasannya ditambah dengan kemampuannya untuk selalu bersikap positif, membuat semua tindakan karakter ini terasa benar. Padahal, ada tindakan manipulatif yang halus tertutupi demi mencapai tujuan.
Namun, tokoh utama pun harus mengalami character arc. Hati kecil Kelly pun mulai tersentuh dengan adanya tentangan dari Cole, melihat sendiri kerja keras para teknisi di NASA, dan dasar kebaikan yang ada dalam dirinya pun muncul. Perubahan sikap Kelly dan pengambilan keputusan yang menarik hadir di bagian akhir film ini.
Pesan positif tentang berjuang didengungkan dengan keras. Kendala biasa terjadi, yang perlu diatur adalah cara mengatasi kendala itu. Dengan piawai, Scarlett Johansson menjadikan Kelly sebagai satu sosok yang berkarakter kuat.
Ada satu "tokoh" tambahan yang hadir sebagai cameo. Seekor kucing hitam, yang berkeliaran di sekitar gedung NASA, bahkan hingga masuk ke hanggar, selalu dikejar-kejar oleh Cole dan teman-temannya. Dipercaya sebagai pembawa nasib sial, si kucing hitam itu "dipaksa" untuk offscreen. Lucunya, si kucing hitam inilah yang menjadi penentu keberhasilan rencana Kelly dan Cole di akhir cerita.
Menikmati Rasa Lama dengan Cara Baru
Sekilas, sosok Kelly Jones mengingatkanku pada karakter Samantha Jones di serial Sex in the City. Rambut pirangnya, caranya bicara, gestur tubuhya, sungguh membuatku seolah melihat seorang Samantha—yang juga humas andal—ada di film ini. Aku menikmati kehadiran Samantha Jones yang kuat dalam sosok baru, Kelly Jones.
Satu lagi tentang rasa baru, film ini mengajak kita menjelajah sisi lain dari kehidupan para astronot, terutama dari sisi orang-orang yang mendukungnya. Di balik kehebatan mereka yang telah menginjakkan kaki di bulan, ada empat ribu orang lainnya yang sibuk mengerjakan hal yang lebih sulit. Merakit roket, memastikan semuanya berjalan dengan benar, menghitung waktu dan ketepatan berat roket, dan sebagainya. Adegan-adegan lucu juga mewarnai seluruh film ini, yang membuat semua hal berbau sains yang disisipkan tidak terasa berat.
Film ini membuktikan bahwa film tentang angkasa luar tidak melulu harus tentang perjuangan bertahan hidup di antara planet dan bintang-bintang, berjumpa dengan alien, atau perjalanan menembus galaksi.
Menikmati film ini cukup dengan sekali duduk. Masih bisa sambil mengerjakan hal lain tanpa perlu takut ketinggalan inti filmnya. Menikmati keindahan akting Scarlet Johansson yang berbeda dengan perannya di Black Widow di Avengers, yang tetap kuat dan memuaskan.
Saat ini, Fly Me to the Moon bisa dinikmati secara gratis di AppleTV. [WE]
Fly Me to the Moon
Sutradara: Greg Berlanti
Produser: Keenan Flynn, Sarah Schechter, Scarlett Johansson, Jonathan Lia
Skenario: Rose Gilroy
Cerita: Bill Kirstein, Keenan Flynn
Pemeran: Scarlett Johansson, Channing Tatum, Jim Rash, Anna Garcia
Perusahaan produksi: Apple Studios, These Pictures
Distributor: Sony Pictures Releasing
Tanggal rilis: 8 Juli 2024 (AMC Lincoln Square), 12 Juli 2024 (Amerika Serikat)
Durasi: 132 menit
Sumber data film: Wikipedia
No comments
Post a Comment