Resolution? Masih seperti tahun sebelumnya: ingin menerbitkan novel cetak tahun ini. Masih belum juga? Belum. Namun, beberapa langkah penting sudah dimulai.
Nyaris setengah abad melakukan pergantian tahun—walaupun sepuluh atau lima yang pertama tak begitu terasa—dan menuliskan aneka resolusi yang seringnya amblas di tengah jalan, membuatku memutuskan bahwa resolusi itu bukan satu batasan. Adjustable.
Yang paling penting justru adalah sebuah refleksi. Evaluasi terhadap yang sudah terjadi di masa dulu dan membuatnya lebih baik di masa kini—atau justru hapuskan dan lupakan bila tidak perlu.
Tahu Apa yang Dibutuhkan
Everybody has their own wants and need. Apa yang diinginkan belum tentu dibutuhkan dan apa yang dibutuhkan bisa jadi tidak diinginkan. Begitu pula denganku, kamu, kalian, dan semuanya. Semakin dini mengetahui apa yang diinginkan dan apa yang dibutuhkan akan menghemat banyak waktu. Di dunia digital ini, semakin mudah mencari dan mengambil contoh dari yang lain. Jangan sia-siakan waktumu.
Aku menyadari betul di saat ini ketika waktu luang semakin banyak, maka aku harus semakin produktif. Tidak boleh membuang waktu untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna atau tidak memiliki dampak signifikan. Sesuatu yang sudah dikatakan suamiku bertahun-tahun yang lalu. Menyesal untuk semua yang telah berlalu? Tentu tidak. Yang sudah pernah terjadi adalah setumpuk pembelajaran panjang yang harus diterima. Kalah atau menang, rugi atau untung. Bahkan ketika semuanya tidak harus diukur secara kuantitatif, tidak pernah ada kata menyesal sampai ke titik ini.
Dua tahun terakhir, aku memetakan betul mana yang harus kulakukan dan tidak. Hingga akhirnya di pengujung 2024, secara sadar aku mengambil sikap untuk lebih tegas pada permintaan dan penawaran. Dalam hal apa pun. Seringnya aku tak tega dan meloloskan ini itu untuk kukerjakan, yang ternyata berdampak capek hati dan capek tenaga tanpa ada hasil yang signifikan untuk diri dan keluarga.
Well, its about time to release those things.
Bekerja dengan Lebih Bahagia
Berawal dari situ, akhirnya tujuan menjadi semakin jelas. Kerjakan saja mana yang membuatmu bahagia, lain tidak. Sudah bukan waktunya untuk mencari-cari dan menerima semua hal. Waktunya untuk percaya diri dan melaju. Pesat ataupun pelan-pelan, harus dinikmati dan dikerjakan dengan bahagia.
Pilihan-pilihan pelik pun terjadi ketika berhubungan dengan keluarga besar. Menjadi seorang supporter pun ternyata memiliki konsekuensi yang harus diterima. Namun, aku percaya pada cinta. Ketika salah satu bagian dari hidupku, dari keluarga besarku, harus didukung, aku akan melakukannya sejauh aku tahu itu benar dan aku tahu dia sadar betul untuk memilih.
Putusan-putusan ruwet lainnya pun juga terjadi ketika melibatkan emosi. Namun, batas dan tolok ukurnya tetap satu: bahagia atau tidak mengerjakannya? Senang atau tidak saat terlibat di dalamnya?
Aku menjauhkan amarah, benci, sedih, kecewa, dan ribuan pikiran serta emosi negatif lainnya dalam setiap langkah. Bahkan yang terpenting, jangan sampai bertengkar dengan kesayangan hanya karena pilihan yang diambil orang lain.
Menetapkan Target Pribadi
Oh, yes, indeed. Harus. Biarpun target itu molor-molor—seperti di tahun kemarin—lalu bertekad untuk mewujudkannya di tahun ini, optimisme harus tetap dijunjung tinggi.
Beberapa good habits sudah mulai berjalan rutin. Seperti membuka laptop di sebelum subuh dan mulai menulis, membuat jadwal bulanan, mingguan, dan harian di setiap awal periode, menata semua pekerjaan dan memaksa diri bekerja dari jam 9-5 setiap hari di meja kerja selama tidak ada panggilan rumpi dari besti-besti, sudah aku lakukan. Dan akan diteruskan. InshaAllah. Bismillah.
Perihal panggilan rumpi dari besti-besti itu, agenda rutin bulanan yang juga harus dimasukkan. Jangan sampai keseimbangan jiwa terganggu karena terlalu rajin bekerja dan tidak sempat minum kopi dengan cantik-cantik lainnya di muka bumi. Lebih tepatnya, rumpi bahagia itu dilakukan dengan teman-teman terpilih yang tidak toxic, yang mendukung semua langkah, dan tentu saja memiliki ritme kerja dan otak yang sama. Singkatnya, memiliki level edan yang sama. Wanna join us?
Lalu target pribadi tahun ini apa? As I mentioned above: menerbitkan novel cetak. Novel perdana sudah meluncur di 2024, secara daring. Yes, daring. Walau aku memaksa diri menulis dengan babak belur, but it's done. Peer selanjutnya adalah memperbaikinya. Masih harus diperbaiki? Oh, tentu saja. Aku belum puas. Masih terlalu "tipis" isinya. Banyak yang masih bisa digali.
Kendala terbesar yang bakal menanti adalah bila tak bisa mengatur waktu. Harus bisa, harus mau, harus mampu.
Bonus Pack of the Year
Ada yang sangat membuatku bahagia di akhir tahun 2024. Aku keranjingan olahraga! What a good habit yang susah payah aku bangunkan dari kotak pandora. Ribuan tahun yang lalu, saat masih bugar di zaman rok biru lalu ke abu-abu, bermain di luar adalah wajib. Renang, drumband, kempo, kulakoni semua. Lalu ketika satu demi satu mulai lenyap dan terkalahkan oleh dunia digital, membangunkannya lagi adalah perjuangan besar.
And I did it! Dan yang paling penting adalah melanjutkannya. Persoalan menjadi kurus dan berotot adalah bonus, yang penting kebiasaan itu terbangun dulu. Hal paling pelik yang masih harus kutaklukkan adalah soal waktu. Waktu pagi yang paling enak buat jalan keliling kompleks in race dalam waktu satu jam, telah berubah menjadi waktu paling enak buat menulis. Ide baru pun muncul, membagi dua waktu penting itu. Sekian jam di depan laptop, lalu satu jam kabur ke luar rumah dan berjalan keliling kompleks sambil menikmati kesunyian. I will start by tomorrow!
Working and Live with Love adalah Keharusan
Begitulah, aku dalam dunia penuh cinta saat ini. Alhamdulillah. Aku akan berkata dengan tegas, ini tidak terjadi dalam semalam. Dan aku akan mengusahakan apa yang ada saat ini menjadi lebih baik, lebih dalam, lebih tinggi levelnya dari sekarang—di tahun-tahun mendatang.
Kesulitan dan kesukaran yang terjadi dulu adalah stepping stones yang paling berharga. Dan semua akan mengalaminya, tenang saja. Yang penting selalulah optimis dan yakin bahwa hal baik akan terjadi. Jangan pernah menyerah. Jangan cepat-cepat mencari exit plan.
Aku akan terus menulis, terus mengedit, terus membaca, terus meresensi, terus mengajar, terus mencintai mereka-mereka yang mencintaiku.
Salah satu kunci sukses yang kupegang hingga kini adalah betapa aku tak peduli dengan apa kata orang lain. Ketika mereka memang membicarakanku, aku tahu itu hanya bentuk lain dari cinta. Dan aku tak mau tahu apa yang dibicarakan mereka. Namun, dalam setiap waktu, aku merefleksi diri.
Mari bekerja dan bermain bersama dengan bahagia. Jangan menyerah!
#windyeffendy #papermind #refleksi #2025 #editor #penulis #novel #steppingstones
No comments
Post a Comment