Mencari Jawaban dalam Unfinished Business

Resensi buku Unfinished Business karya Edwin Lucas


Membaca judulnya sudah membangkitkan rasa penasaranku. Dari blurb yang ditayangkan di laman media sosialnya, buku ini mengisahkan tentang asmara dan persoalan bisnis. Semakin aku ingin tahu apa yang terjadi dengan tokoh-tokoh yang disebutkan dalam nukilannya. 

Tanpa kuduga, aku berhasil menjadi salah satu orang yang terpilih untuk mereviu buku ini. Kak Edwin Lucas sendiri yang menghubungiku untuk memastikan alamat pengiriman—so thrilled! Setelah buku ini kuterima, tanpa menunggu lama aku pun membuka kemasannnya dan melakukan fast reading. Begitu utang dua resensi buku kuselesaikan, aku segera membaca buku ini hingga tuntas.


Kisah Cinta dan Persoalan Bisnis

Unfinished Business mengisahkan seorang gadis SMA bernama Sofia yang pindah ke Malang, Jawa Timur. Ia meninggakan Jakarta bersama mamanya karena perceraian kedua orang tuanya. Sofia harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Persoalan timbul ketika Sofia ingin membantu sang mama dalam urusan keluarga, dengan cara mencari pekerjaan. 

Kisah pun bergulir. Sofia berjumpa dengan Patrick yang menawarkan pekerjaan untuknya. Singkat cerita, Sofia bekerja di kantor Patrick, yang seumuran juga dengannya. Dari situ, banyak hal yang terjadi. Sofia memasuki dunia baru, mendapatkan pengalaman tak terduga, dan menghadapi persoalan rumit di dunia kerja. Menarik. Sebuah perpaduan yang unik antara dunia sekolah dan dunia kerja. 

Sofia memiliki impian menjadi pengusaha. Lebih dari itu, tekadnya kuat untuk tidak jadi pengusaha seperti papanya yang menomorsatukan bisnis di atas keluarga—hingga akhirnya keluarga berantakan. Namun, tidak semudah itu impiannya tercapai.


Gadis yang Sibuk Sekali

Ketika membaca bagian awal, aku merasa kisahnya akan berputar di kehidupan sekolah Sofia—dan seorang cowok. Romansa di sekolah. Begitu dugaan awalku. Namun, aku salah. Kisah selanjutnya justru lebih banyak bergulir di pekerjaan Sofia, dan hubungannya dengan Patrick di luar sekolah. Alur cerita maju tanpa terlalu banyak flashback membuatku bisa mengikuti perkembangan karakter Sofia dan Patrick dengan mudah. 

Satu hal pertama yang membuatku berpikir adalah desain karakter Sofia yang masih duduk di bangku SMA dan harus bekerja di perusahaan besar sebagai sekretaris CEO. Plus sang CEO, Patrick, yang juga seumuran dengannya. Terasa kurang masuk di akal ketika membayangkan bagaimana logika dua karakter utama ini—Sofia dan Patrick—membagi waktu mereka antara belajar dan sekolah.


Disebutkan pula kepindahan Sofia adalah di tahun terakhir SMA, yang berarti ia harus banyak belajar untuk mempersiapkan ujian masuk universitas—begitu juga Patrick. Sementara tergambarkan di kisahnya, betapa mereka berdua sangat sibuk bekerja; sekaligus bersenang-senang. Apakah dengan sudah memiliki pekerjaan berarti aman untuk tidak melanjutkan kuliah, mungkin itu lain soal. Bagi Patrick, bisa saja karena ia sudah mewarisi perusahaan dari ayahnya. Namun, biasanya minimal gelar sarjana didapatkan untuk mempermudah segala urusan, walaupun sudah memiliki pekerjaan. Melihat latar belakang Sofia, rasanya agak tidak mungkin ia akan mengorbankan waktu belajarnya sampai sedemikan rupa.

Bila ingin digambarkan bagaimana sulitnya Sofia membagi diri dan waktu antara pekerjaan dan belajar, yang terasa di sebagian besar cerita adalah sibuknya Sofia di pekerjaan tanpa mengulas lebih lanjut bagaimana kesulitannya belajar di waktu yang sempit. Ketidakmampuan Sofia membagi waktu baru tampak di bagian saat dikisahkan nilainya yang menurun jauh.


Siapa Saja Bisa Berbisnis

However, buku ini memberikan pesan tentang bagaimana seharusnya memulai dan mengelola bisnis dengan cara yang ringan dan asyik. Terutama ketika ada kompetisi memulai bisnis restoran, cukup terasa dinamikanya. Patrick yang terlihat santai ternyata bisa memberikan kata-kata bijaksana kepada Sofia. Juga tokoh Chandra yang memberikan wejangan soal bisnis kepada Sofia pun cukup keren.

"Yang harus selalu kamu ingat, kamu nggak bisa mengubah siapa pun, tetapi justru kamulah yang mesti menyesuaikan diri." ~Om Chandra, Chapter 5: Difficult People, hal. 58

Perihal kompetisi bisnis restoran ini, rasanya terlalu berat untuk anak seusia mereka bila dibayangkan di dunia nyata. Atau mungkin jungkir balik mereka mempersiapkan restoran itu bisa ditambahkan sedikit lebih detail agar terasa kesulitannya. Rasanya bagi para karakter di buku ini, membuat restoran dengan skala sedemikian mudah saja. Padahal, kenyataannya banyak hal-hal detail yang bisa membuat pusing kepala. Namun, buku ini juga menyampaikan pesan bahwa tidak perlu takut memulai bisnis, siapa saja bisa. 

Sofia, tokoh utama dalam buku ini, harus bisa menemukan apakah dirinya bisa mencapai impiannya, dan sekaligus membuktikan bahwa ia tak akan menjadi pengusaha dengan karakter seperti ayahnya. Perjalanan Sofia dalam menemukan jawabannya terasa unik. Sofia—juga Patrick—menyimbolkan kekuatan tekad dan semangat membara khas anak muda. 


Buku yang Memberi Pencerahan

Seandainya buku ini sedikit dibuat lebih tebal, mungkin pemaparan tips bisnisnya bisa lebih terperinci. Namun, untuk pengetahuan pemula, informasi yang disajikan sudah cukup menarik. Cara penyampaiannya dengan bahasa yang ringan pun membuat buku ini mudah dipahami. 

Bahasa khas remaja yang digunakan Kak Edwin juga membuat buku ini akan mudah dinikmati. Selain itu, penggunaan bahasa lokal Jawa Timur juga membuat buku ini terasa berbeda. Yang tidak aku temukan adalah penggunaan bahasa Malangan yang biasanya suka dibalik-balik. 

Penceritaan menggunakan PoV 1 atau orang pertama, membantu menggambarkan perasaan dan isi kepala Sofia. Pembaca pun turut bertumbuh bersama karakter Sofia. Sayangnya ada beberapa titik yang bocor, terutama saat menjelaskan perasaan Patrick atau Yelena. Tidak banyak, tetapi agak mengganggu. 


Judul setiap bab pun unik. Singkat dan selalu berkaitan dengan bisnis, membuatnya menarik. Sayangnya, di beberapa halaman kutemui cetakan yang berbayang sehingga kurang nyaman dibaca. 

Dari skala 10, aku memberikan nilai 8/10. Keunikan tema yang diangkat memberikan nilai lebih. Singkatnya, buku ini keren dan bisa dijadikan referensi menarik untuk mereka yang ingin tahu tentang bisnis. 


Judul: Unfinished Business
Penulis: Edwin Lucas
Penerbit: Elex Media Komputindo
Editor: Dion Rahman
Soft cover, paperbook 250 halaman
Cetakan pertama, 2024


#windyeffendy #resensibuku #unfinishedbusiness #edwinlucas #novel

No comments